Keterusterangan
Kami ingin berterus terang kepada semua
orang tentang tujuan kami, emaparkan dihadapan mereka metode kami, dan
membimbing mereka menuju dakwah kami. Di sini tidak ada yang samara dan
remang-remang. Semuanya terang. Bahkan lebih terang dari dari sinar
mentari, lebih carah dari cahaya fajar, dan lebih benderang dari
putihnya siang.
Kesucian
Kami juga ingin agar umat kami –dan kaum
muslimin semua adalah umat kami–mengetahui bahwa Ikhwanul Muslimin
membawa misi dakwah yang bersih dan suci; bersih dari ambisi pribadi,
bersih dari kepentingan dunia, dan bersih dari hawa nafsu. Ia terus
berlalu menapaki jalan panjang kebenaran yang telah digariskan Allah
subhanahu wa ta’ala. Dalam firman-Nya,
“Katakanlah, ‘inilah jalan
(agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada
Allah dengan hujah yang nyata.’ Mahasuci Allah, dan aku tidak termasuk
orang-orang yang musyrik.” (Yusuf : 108)
Kami tidak mengaharapkan sesuatu pun
dari manusia; tidak mengharap harta benda atau imbalan yang lainnya,
tidak juga popularitas, apalagi sekedar ucapan terima kasih. Yang kami
harap hanyalah pahala dari Allah, Dzat yang telah menciptakan kami.
Kasih Sayang
Betapa inginnya kami agar umat ini
mengetahui bahwa mereka lebih kami cintai dari pada diri kami sendiri.
Kami berbangga ketika jiwa-jiwa kami gugur sebagai penebus bagi
kehoramatan mereka, jika memang tebusan itu yang diperlukan. Atau
menjadi cita mereka, jika memang itu harga yang harus dibayar. Tiada
sesuatu yang membuat kami bersikap seperti ini selain rasa cinta yang
telah mengharu-biru hati kami, mengusai perasaan kami, memeras habis air
mata kami, dan mencabut rasa ingin tidur dari pelupuk mata kami. Betapa
berat rasa di hati ketika kami menyaksikan bencana yang mencabik-cabik
umat ini, sementara kita hanya sanggup menyerah pada kehinaan dan pasrah
oleh keputusasaan.
Sungguh, kami berbuat di jalan Allah
untuk kemaslahatan seluruh manusia, lebih banyak dari apa yang kami
lakukan untuk kepentingan diri kami. Kami adalah milik kalian wahai
audara-saudara tercinta. Sesaat pun kami tak akan pernah menjadi musuh
kalian.
Semua Keutamaan Hanyalah Milik Allah
Andaikan yang kami lakukan ini adalah
sebuah keutamaan, maka kami sama sekali tidak menganggap itu keutamaan
diri kami. Kami hanya percaya pada firman Allah subhanahu wa ta’ala,
“Sebenarnya Allah, Dia-lah yang
melimpahkan nikmat kepadamu dengan menunjuki kamu kepada keimanan jika
kamu adalah orang-orang yang benar.” (Al-Hujurat: 17)
Kami sering mengangankan –andaikan
angan-angan itu bermanfaat– bahwa suatu saat tersingkaplah isi hati kami
dihadapan penglihatan dan pendengaran umat ini. Kami hanya ingin mereka
menyaksikan sendiri: adakah sesuatu dalam hati ini selain kecintaan
yang tulus, rasa kasih yang dalam, serta kesungguhan kerja guna
mendatangkan manfaat dan kebaikan bagi mereka ? Adakah sesuatu dalam
hati ini selain lara dan perih atas musibah yang menimpa mereka?
Namun biarlah, cukup bagi kami keyakinan
bahwa Allah swt. mengetahui itu semua. Hanya Dia-lah yang menanggung
kami dengan bimbingan-Nya dalam langkahlangkah kami. Di tangan-Nya-lah
berada semua kunci dan kendali hati manusia. Siapa yang ia sesatkan maka
tak akan ada yang dapat menunjukinya, dan siapa yang ia tunjuki maka
tak akan ada yang dapat menyesatkannya. Cukuplah Dia bagi kami. Dia-lah
sebaikbaik tempat bergantung. Bukankah hanya Allah yang mencukupi
kekurangan hamba-Nya?
Empat Golongan Obyek Dakwah
Kami hanya ingin agar kelak –dalam mensikapi dakwah kami– orang akan masuk ke dalam salah satu dari empat golongan berikut:
Pertama, Golongan Mukmin
Mereka adalah orang-orang yang meyakini
kebenaran dakwah kami, percaya kepada perkataan kami, mengagumi
prinsip-prinsip kami, dan menemukan padanya kebaikan yang kebaikan yang
menenangkan jiwanya. Kepada orang seperti ini kami mengajak untuk segera
bergabung dan bekerja bersama kami agar jumlah para mujahid semakin
banyak, dan agar dengan tambahan suara mereka, suara para da’i akan
semakin meninggi.
Iman takkan punya arti bila tidak
disertai dengan amal. Akidah tak akan memberi faedah bila tidak
mendorong penganutnya untuk berbuat dan berkorban demi menjelmakannya
menjadi kenyataan. Begitulah yang terjadi pada generasi terdahulu umat
ini, dimana Allah melapangkan dada mereka untuk menerima hidayah-Nya.
Mereka mengikuti jejak para Nabinya, beriman kepada risalahnya, dan
berjihad dengan jihad yang benar dalam menegakkan misi suci itu. Kami
berharap agar Allah swt. Berkenan memberikan pahala yang banyak kepada
para pendahulu ini, ditambah dengan pahala orang-orang yang mengikuti
jejek mereka, tanpa mengurangi pahala orang yang mengikuti itu.
Kedua, Golongan Orang Yang Ragu-ragu
Boleh jadi mereka orang-orang yang belum
mengetahui secara jelas hakekat kebenaran dan belum mengenal makna
keikhlasan serta manfaat di balik ucapan-ucapan kami. Mereka bimbang dan
ragu. akan halnya golongan ini, biarkanlah mereka bersama keraguannya,
sembari disarankan agar mereka tetap berhubungan dengan kami lebih dekat
lagi, membaca tulisan-tulisan kami dan apa saja yang terkait dengan
kami –baik dari jauh maupun dari dekat–, mengunjungi klub-klub kami, dan
berkenalan dengan saudara-saudara kami. Setelah itu, isnya Allah hati
mereka akan tentram dan dapat menerama kami. Begitulah juga tabiat
golongan manusia peragu, yang menjadi pengikut para rasul zaman dahulu.
Ketiga, Golongan yang Mencari Keuntungan
Boleh jadi mereka adalah kelompok yang
tidak ingin memberikan dukungan kepada kami sebelum mereka mengetahui
keuntungan materi yang dapat mereka peroleh sebagai imbalannya. Kepada
mereka ini kami hanya ingin mengatakan, “Menjauhlah! Disini hanya ada
pahala dari Allah jika kamu memang benar-benar ikhlas, dan surga-Nya
jika ia melihat ada kebaikan dalam hatimu. Adapun kami, kami adalah
orang-orang yang miskin harta dan popularitas. Semua yang kami lakukan
adalah pengorbanan dengan apa yang ada di tangan kami dan dengan segenap
kemampuan yang ada pada kami, dengan harapan bahwa Allah akan meridhai.
Dia-lah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong.”
Bila kelak Allah menyikap tabir
kegelapan dari hati mereka dan menghilangkan kabut keserakahan dari
jiwanya, niscaya meraka akan tahu bahwa sesungguhnya apa yang ada disisi
Allah itu jauh lebih baik dan lebih kekal. Kami percaya, hal itu akan
mendorongnya bergabung dengan barisan Allah. Saat itu, dengan segala
kemurahan hati mereka akan mengorbankkan seluruh hartanya demi
memperoleh balasan Allah di akhirat kelak. Apa yang ada padamu (manusia)
akan habis musnah, dan apa yang ada di sisi Allah akan abadi.
Andaikan tidak demikian, sungguh Allah
tidak membutuhkan orang yang tidak melihat bahwa hak Allah-lah yang
pertama harus ditunaikan, pada diri, harta, dunia, akhirat, hidup, dan
matinya. Begitulah yang pernah terjadi, ketika sekelompok orang enggan
berba’iat kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam. Kecuali jika
nantinya beliau berkenan memberikan porsi kekuasaan setelah Islam
menang. Pada waktu itu Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam.
Hanya menyatakan bahwa bumi ini adalah
milik Allah, yang ia wariskan kepada siapa yang dikehendaki dari
hamba-hamba-Nya. Sesungguhnya kemenangan akhir selalu menjadi milil
orang-orang yang bertaqwa.
Keempat, Golongan yang Berprasangka Buruk
Barangkali mereka adalah orang-orang
yang selalu berprasangka buruk kepada kami dan hatinya diliputi keraguan
atas kami, mereka selalu melihat kami dengan kacamata hitam pekat, dan
tidak berbicara tentang kami kecuali dengan pembicaraan yang sinis.
Kecingkakan telah mendorong mereka terus berada pada keraguan,
kesinisan, dan gambaran negatif tentang kami.
Bagi kelompok macam ini, kami bermohon
kepada Allah subhanahu wa ta’ala, agar berkenan memperlihatkan kepada
kami dan kepada mereka kebenaran sebagai kebenaran dan memberi kekuatan
kepada kami untuk mengikutinya, serta memperlihatkan kebatilan sebagai
kebatilan dan memberi kekuatan kepada kami untuk menjauhinya. Kami
memohon kepada Allah swt. Agar berkenan menunjuki kami dan mereka ke
jalan yang lurus.
Kami akan selalu mendakwahi mereka jika
mereka mau menerima, dan kami juga berdoa kepada Allah swt. Agar
berkenan menunjuki mereka. Memang, hanya Allah-lah yang dapat menunjuki
mereka. Kepada Nabi-Nya Allah berfirman tentang segolongan manusia,
“Sesunguhnya, kamu tidak dapat
memberi petunjuk kepada siapa yang kamu suka, akan tetapi Allah memberi
petunjuk kepada siapa yang ia kehendaki.” (Al-Qashash: 56).
Walaupun begitu, kami tetap mencintai
mereka dan berharap bahwa suatu saat mereka akan sadar dan percaya pada
dakwah kami. Terhadap mereka kami menggunakan semboyan yang pernah
diajarkan oleh Rasulullah saw., “Ya Allah ampunilah kaumku karena
sesungguhnya mereka tidak mengetahui.”
Kami menginginkan ada salah satu dari
keempat golongan tadi yang bergabung bersama kami. Kini tiba saatnya
bagi setiap muslim untuk memahami tujuan hidupnya dan menentukan arah
perjalanannya. Ia harus bekerja dengan sungguh-sungguh untuk menempuh
jalan tersebut agar dapat mencapai tujuannya. Adapun mereka yang lalai
dan terus dalam kebingungan, yang suka bersantai-santai, yang hatinya
buta dan gampang terbujuk oleh rayuan, maka tidak ada tempat bagi mereka
di jalan panjang orang-orang yang beriman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar