Pages

Senin, 12 Mei 2014

Dunia Da’i dan Da’i Dunia





Dunia da’i bukan semata dunia retorika dan permainan kata, tapi dunia pergerakan yang penuh dinamika dan gelora, membawa misi besar gemuruh perubahan yang penuh dengan tantangan dan halangan. Dunia da’i adalah dunia besar tidak hanya merubah wajah pribadi tapi wajah umat manusia, dan bahkan wajah dunia. Tidak melulu bicara tentang agama tetapi bicara tentang semua persoalan hingga menghadirkan peradaban baru yang menakjubkan.Tidak hanya bersekala lokal tapi juga internasional tidak hanya bicara dengan wilayah dunia saja tapi juga bicara dengan wilayah akhirat. Dunia da’i adalah dunia luas menembus waktu serta melintasi jarak dan zaman yang teramat panjang.

Kalau pekerjaan dunia menuntut kerja profesional maka kerja da’wah yang janji kebaikannya tiada hitungan, tentunya menuntut kerja profesional yang lebih. Jika menyembelih persoalan sepele, kita diminta profesional “…maka jika kalian menyembelih, sembelelih dengan profesional” maka da’wah yang wilayah garapannya dunia dan akhirat tentunya kita diminta profesional pula.

Profesionalisme da’wah dalam kerja duniawi adalah bagaimana kita berupaya menyiapkan segala perbekalan secara optimal baik keilmuan yang terkait dengan Ilmu-ilmu syariat maupun yang terkait dengan ilmu-ilmu kejiwaan, profesional dalam penyajian, penggunaan fasilitas dan media guna optimalnya penyampaian nilai pada objek da’wah. Profesional secara ukhrowi bagaimana kita berusaha membersihkan niat agar selalu mencari ridho Alloh SWT, hingga pengorbanan dan perjuangan menjadi nikmat yang tak tertandingkan, menyelaraskan kata dan perbuatan sehingga cahaya alhaq mampu menembus kegelapan hati yang paling dalam. Da’wah profesional da’wah yang layak mendapat pertolongan dan kemenangan.

Da’i profesional memahami betul dunianya, dunia da’i difahaminya sebagai dunia perjuangan dan pengorbanan, dunia memberi bukan meminta, dunia panjang tanpa batas dan dunia terjal dipenuhi berbagai makar, namun da’i profesional memahami betul bahwa pengorbanannya dijalan da’wah tak kan pernah hilang tanpa hitungan. Hanya da’i profesional yang mampu memahami da’wah, sementara mereka yang ingin hidup dari da’wah tak kan pernah merasakan manisnya da’wah dan perjuangan, meskipun memiliki dunia dari hasil da’wahnya.

Da’i profesional tak pernah mengeluh karena beratnya beban, tak pernah sedih karena sedikitnya hadirin dan sepinya sanjungan, tak pernah kecewa karena tak ada sambutan dan hidangan, tak kan pernah putus asa karena lama dan penjangnya perjuangan. Bekerja dan bekerja begitulah semboyannya, ditelusurinya jalan-jalan perkampungan ditengah terik mentari dan guyuran hujan menyeru dan memanggil umat agar kembali kepada kebenaran, tidak pernah menampakkan wajah kelelahan, dan tampilan kesedihan. Da’i profesional keujung gunungpun dia datang memenuhi undangan meski tanpa jemputan, mereka rela bergadang hingga larut malam membuat proyek-proyek besar penyelamatan, ditengah lelapnya masyarakat dalam keterlenaan.

Da’i profesional rela mengorbankan apa yang dimiliki demi kebaikan umat dan lingkungan. Semakin panjang jalan yang ditempuh semakin nikmat dirasa, semakin berat medan yang dihadapi semakin membuat dirinya tertantang, semakin besar pengorbanan yang diberi semakin membahagiakan, meski dalam perjalannya membutuhkan biaya, dia tidak pernah menampakkan wajah harap dan belas kasihan kepada umat, bahkan ketika diberi dia mampu berkata ”sesungguhnya aku tidak meminta upah kepada kalian, upahku hanya dari Alloh SWT”. Senandung bahagia selalu terlantun dari lisannya, ketika kelalaian dunia mengekangnya dia berucap: “Kami da’i sebelum segala sesuatu” ketika kelelahan dirasa dia berucap: “Kami sekelompok kaum yang bernikmat-nikmat dengan kelelahan da’wah” Ketika kelesuan berda’wah dirasa dia berucap: “Tak kan mulia suatu kaum yang meninggalkan da’wah dan memburu dunia”.

Meski secara ekonomi pas-pasan bahkan sering mengalami kekurangan, namun dia berani berkata lantang ”Kapan orang-orang seperti kita, bukan kapan kita seperti orang-orang”. Izzah da’i profesional tidak memudar meski uang tiada, rumah ngontrak, pakaian sederhana, makan seadanya, dan berjalan beralaskan sandal yang tak lagi layak guna. Bahkan ditengah ketiadaanya dia mampu memberi, karena dia faham siapa yang menghidupi da’wah dia akan mulia dan siapa yang hidup dari da’wah akan hina. Ketika dia tidak mampu memberi maka cucuran air mata kesedihan tak terbendung, ada rasa tertinggal memenuhi panggilan kebaikan. Sebagian orang mencibir dan menganggapnya aneh, mencela, memfitnah, mengintimidasi, menyiksa bahkan mengusir dan membunuh, namun dia tak pernah peduli, da’i profesional memahamii itulah jalan suci, jalan yang dirintis para nabi. Perjuangan panjang yang diawali keikhlasan, disemai kesabaran, disirami keistiqomahan, dipupuk pengorbanan dan dirawat dengan do’a dan munajat akhirnya berbuah harapan. Perlahan tapi pasti pohon da’wah nan indah menampakkan cikal bakalnya, bermula dari kalangan marginal, kemudian kalangan pemuda dan pelajar satu-persatu diantara mereka sadar dari keterbuaian. Mereka yang sadar merasa gelisah ketika berdiam diri melihat keterpurukan, mereka bahu membahu memperkuat barisan, mengajak dan menyeru semua kalangan tuk memperkuat perjuangan. Kini pohon da’wah semakin besar, para tetua, sesepuh dan tokoh ingin turut serta didalamnya, sambutan kemenangan tidak hanya dikota, bahkan didaerah dan pelosok pedesaan, da’wah memperlihatkan wajah segarnya.

Sang da’i kini mulai dikenal, bahkan menjadi terkenal, dirinya kini dijadikan pusat rujukan dan konsultasi, saran dan pendapatnya didengar, fatwanya dipatuhi, putusannya dituruti, belum afdhol rasanya jika sebuah kebijakan tidak melibatkan kesertaannya. Semua orang menaruh hormat, terkesima khalayak dibuatnya ketika mendengar taujihatnya, bahkan tanpa terasa terkadang air mata mengucur deras demi mendengar sentuhan wasiat sang da’i. Jamaahnya kian hari kian besar, sanjungan dan pujian tak pernah putus terlontar meski sang da’i tidak meminta, sang da’i kini dijemput dan diberi uang sangu sebagai tanda hormat sang murid kepada guru. Sang da’i menolak tapi karena ”dipaksa” diapun tak mampu mengelak, hari-hari sang da’i kini dihujani sanjungan, pujian, dan fasilitas keduniaan. Pengaruh sang da’i kini menguasai publik, semua kalangan meletakkan kepercayaan kepadanya, agar sang da’i membawa misi perubahan, tidak hanya rakyat jelata yang menaruh harap, bahkan sebagian birokrat dan pejabat kini mulai mendekat, bermodalkan dukungan kini sang da’i jadi pejabat.

Dunia yang dahulu telah menaklukkan qorun, membuat ahlu badar khilaf dan ahlu uhud tercerai berai, tak kan pernah membiarkan seorang pejuang untuk lepas dari jebakkan pesonanya. Akankah sang da’i tetap menjadi da’i profesional atau menjadi da’i dunia, waktu yang akan membuktikanya, apakah dia menjadi pejuang aqidah atau pejuang kepentingan. Dunia dahulu dan dunia kini masih sama digdayanya untuk mengecoh dan mengelabui pewaris nabi, akankah sang da’i mampu belajar dari pengalaman atau tidak. Namun sebagian dari kita sering belajar dari pengalaman, bahwa kita tidak belajar dari pengalaman. Andai kemenangan menjadikan sang da’i lebih dekat kepada sang Kholiq, lebih bersyukur dan menambah ketawadhu’an, serta menjadikan para kader pendukungnya ridho dan masyarakat semakin dekat dengan Alloh SWT maka ketahuilah sang da’i memang profesional, akan tetapi jika yang terjadi sebaliknya maka sang da’i kini telah menjadi da’i dunia, Na’udzubillah……

sumber : http://dakwahkita.wordpress.com/2008/02/08/dunia-dai-dan-dai-dunia/

Sabar..

“Maka Bersabarlah Dengan Sabar Yang Baik." (QS. Al-Ma'arij : 5)

Aku tahu, bahwa kesabaran itu tidak terbatas..
ah, sudahlah...
Aku hanya butuh sedikit lagi bersabar...
Aku hanya butuh waktu untuk belajar lebih sabar...

Semoga urusan-urusan kalian di permudah ya saudara-saudaraku...
Semoga dengan ini, aku tambah bersabar...
Allah sedang menguji aku dengan kesabaran...

Aku tahu, amanah ini tidak mudah, dan aku tahu kalian orang-orang yang keren dan banyak amanah diluar sana. Semoga Allah memudahkan urusan kalian semua...



Sabtu, 10 Mei 2014

Dakwatuna - Hasan Al-Banna

Keterusterangan
Kami ingin berterus terang kepada semua orang tentang tujuan kami, emaparkan  dihadapan mereka metode kami, dan membimbing mereka menuju dakwah kami. Di sini tidak ada yang samara dan remang-remang. Semuanya terang. Bahkan lebih terang dari dari sinar mentari, lebih carah dari cahaya fajar, dan lebih benderang dari putihnya siang.
Kesucian
Kami juga ingin agar umat kami –dan kaum muslimin semua adalah umat kami–mengetahui bahwa Ikhwanul Muslimin membawa misi dakwah yang bersih dan suci; bersih dari ambisi pribadi, bersih dari kepentingan dunia, dan bersih dari hawa nafsu. Ia terus berlalu menapaki jalan panjang kebenaran yang telah digariskan Allah subhanahu wa ta’ala. Dalam firman-Nya,
“Katakanlah, ‘inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujah yang nyata.’ Mahasuci Allah, dan aku tidak termasuk orang-orang yang musyrik.” (Yusuf : 108)
Kami tidak mengaharapkan sesuatu pun dari manusia; tidak mengharap harta benda atau imbalan yang lainnya, tidak juga popularitas, apalagi sekedar ucapan terima kasih. Yang kami harap hanyalah pahala dari Allah, Dzat yang telah menciptakan kami.
Kasih Sayang
Betapa inginnya kami agar umat ini mengetahui bahwa mereka lebih kami cintai dari pada diri kami sendiri. Kami berbangga ketika jiwa-jiwa kami gugur sebagai penebus bagi kehoramatan mereka, jika memang tebusan itu yang diperlukan. Atau menjadi cita mereka, jika memang itu harga yang harus dibayar. Tiada sesuatu yang membuat kami bersikap seperti ini selain rasa cinta yang telah mengharu-biru hati kami, mengusai perasaan kami, memeras habis air mata kami, dan mencabut rasa ingin tidur dari pelupuk mata kami. Betapa berat rasa di hati ketika kami menyaksikan bencana yang mencabik-cabik umat ini, sementara kita hanya sanggup menyerah pada kehinaan dan pasrah oleh keputusasaan.
Sungguh, kami berbuat di jalan Allah untuk kemaslahatan seluruh manusia, lebih banyak dari apa yang kami lakukan untuk kepentingan diri kami. Kami adalah milik kalian wahai  audara-saudara tercinta. Sesaat pun kami tak akan pernah menjadi musuh kalian.
Semua Keutamaan Hanyalah Milik Allah
Andaikan yang kami lakukan ini adalah sebuah keutamaan, maka kami sama sekali tidak menganggap itu keutamaan diri kami. Kami hanya percaya pada firman Allah  subhanahu wa ta’ala,
“Sebenarnya Allah, Dia-lah yang melimpahkan nikmat kepadamu dengan menunjuki kamu kepada keimanan jika kamu adalah orang-orang yang benar.” (Al-Hujurat: 17)
Kami sering mengangankan –andaikan angan-angan itu bermanfaat– bahwa suatu saat tersingkaplah isi hati kami dihadapan penglihatan dan pendengaran umat ini. Kami hanya ingin mereka menyaksikan sendiri: adakah sesuatu dalam hati ini selain kecintaan yang tulus, rasa kasih yang dalam, serta kesungguhan kerja guna mendatangkan manfaat dan kebaikan bagi mereka ? Adakah sesuatu dalam hati ini selain lara dan perih atas musibah yang  menimpa mereka?
Namun biarlah, cukup bagi kami keyakinan bahwa Allah swt. mengetahui itu semua. Hanya Dia-lah yang menanggung kami dengan bimbingan-Nya dalam langkahlangkah kami. Di tangan-Nya-lah berada semua kunci dan kendali hati manusia. Siapa yang ia sesatkan maka tak akan ada yang dapat menunjukinya, dan siapa yang ia tunjuki maka tak akan ada yang dapat menyesatkannya. Cukuplah Dia bagi kami. Dia-lah sebaikbaik tempat bergantung. Bukankah hanya Allah yang mencukupi kekurangan hamba-Nya?
Empat Golongan Obyek Dakwah
Kami hanya ingin agar kelak –dalam mensikapi dakwah kami– orang akan masuk ke dalam salah satu dari empat golongan berikut:
Pertama, Golongan Mukmin
Mereka adalah orang-orang yang meyakini kebenaran dakwah kami, percaya kepada perkataan kami, mengagumi prinsip-prinsip kami, dan menemukan padanya kebaikan yang kebaikan yang menenangkan jiwanya. Kepada orang seperti ini kami mengajak untuk segera bergabung dan bekerja bersama kami agar jumlah para mujahid semakin banyak, dan agar dengan tambahan suara mereka, suara para da’i akan semakin meninggi.
Iman takkan punya arti bila tidak disertai dengan amal. Akidah tak akan memberi faedah bila tidak mendorong penganutnya untuk berbuat dan berkorban demi menjelmakannya menjadi kenyataan. Begitulah yang terjadi pada generasi terdahulu umat ini, dimana Allah melapangkan dada mereka untuk menerima hidayah-Nya. Mereka mengikuti jejak para Nabinya, beriman kepada risalahnya, dan berjihad dengan jihad yang benar dalam menegakkan misi suci itu. Kami berharap agar Allah swt. Berkenan memberikan pahala yang banyak kepada para pendahulu ini, ditambah dengan pahala orang-orang yang mengikuti jejek mereka, tanpa mengurangi pahala orang yang mengikuti itu.
Kedua, Golongan Orang Yang Ragu-ragu
Boleh jadi mereka orang-orang yang belum mengetahui secara jelas hakekat kebenaran dan belum mengenal makna keikhlasan serta manfaat di balik ucapan-ucapan kami. Mereka bimbang dan ragu. akan halnya golongan ini, biarkanlah mereka bersama keraguannya, sembari disarankan agar mereka tetap berhubungan dengan kami lebih dekat lagi, membaca tulisan-tulisan kami dan apa saja yang terkait dengan kami –baik dari jauh maupun dari dekat–, mengunjungi klub-klub kami, dan berkenalan dengan saudara-saudara kami. Setelah itu, isnya Allah hati mereka akan tentram dan dapat menerama kami. Begitulah juga tabiat golongan manusia peragu, yang menjadi pengikut para rasul zaman dahulu.
Ketiga, Golongan yang Mencari Keuntungan
Boleh jadi mereka adalah kelompok yang tidak ingin memberikan dukungan kepada kami sebelum mereka mengetahui keuntungan materi yang dapat mereka peroleh sebagai imbalannya. Kepada mereka ini kami hanya ingin mengatakan, “Menjauhlah! Disini hanya ada pahala dari Allah jika kamu memang benar-benar ikhlas, dan surga-Nya jika ia melihat ada kebaikan dalam hatimu. Adapun kami, kami adalah orang-orang yang miskin harta dan popularitas. Semua yang kami lakukan adalah pengorbanan dengan apa yang ada di tangan kami dan dengan segenap kemampuan yang ada pada kami, dengan harapan bahwa Allah akan meridhai. Dia-lah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong.”
Bila kelak Allah menyikap tabir kegelapan dari hati mereka dan menghilangkan kabut keserakahan dari jiwanya, niscaya meraka akan tahu bahwa sesungguhnya apa yang ada disisi Allah itu jauh lebih baik dan lebih kekal. Kami percaya, hal itu akan mendorongnya bergabung dengan barisan Allah. Saat itu, dengan segala kemurahan hati mereka akan mengorbankkan seluruh hartanya demi memperoleh balasan Allah di akhirat kelak. Apa yang ada padamu (manusia) akan habis musnah, dan apa yang ada di sisi Allah akan abadi.
Andaikan tidak demikian, sungguh Allah tidak membutuhkan orang yang tidak melihat bahwa hak Allah-lah yang pertama harus ditunaikan, pada diri, harta, dunia, akhirat, hidup, dan matinya. Begitulah yang pernah terjadi, ketika sekelompok orang enggan berba’iat kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam. Kecuali jika nantinya beliau berkenan memberikan porsi kekuasaan setelah Islam menang. Pada waktu itu Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam.
Hanya menyatakan bahwa bumi ini adalah milik Allah, yang ia wariskan kepada siapa yang dikehendaki dari hamba-hamba-Nya. Sesungguhnya kemenangan akhir selalu menjadi milil orang-orang yang bertaqwa.
Keempat, Golongan yang Berprasangka Buruk
Barangkali mereka adalah orang-orang yang selalu berprasangka buruk kepada kami dan hatinya diliputi keraguan atas kami, mereka selalu melihat kami dengan kacamata hitam pekat, dan tidak berbicara tentang kami kecuali dengan pembicaraan yang sinis. Kecingkakan telah mendorong mereka terus berada pada keraguan, kesinisan, dan gambaran negatif tentang kami.
Bagi kelompok macam ini, kami bermohon kepada Allah subhanahu wa ta’ala, agar berkenan memperlihatkan kepada kami dan kepada mereka kebenaran sebagai kebenaran dan memberi kekuatan kepada kami untuk mengikutinya, serta memperlihatkan kebatilan sebagai kebatilan dan memberi kekuatan kepada kami untuk menjauhinya. Kami memohon kepada Allah swt. Agar berkenan menunjuki kami dan mereka ke jalan yang lurus.
Kami akan selalu mendakwahi mereka jika mereka mau menerima, dan kami juga berdoa kepada Allah swt. Agar berkenan menunjuki mereka. Memang, hanya Allah-lah yang dapat menunjuki mereka. Kepada Nabi-Nya Allah berfirman tentang segolongan manusia,
“Sesunguhnya, kamu tidak dapat memberi petunjuk kepada siapa yang kamu suka, akan tetapi Allah memberi petunjuk kepada siapa yang ia kehendaki.” (Al-Qashash: 56).
Walaupun begitu, kami tetap mencintai mereka dan berharap bahwa suatu saat mereka akan sadar dan percaya pada dakwah kami. Terhadap mereka kami menggunakan semboyan yang pernah diajarkan oleh Rasulullah saw., “Ya Allah ampunilah kaumku karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui.”
Kami menginginkan ada salah satu dari keempat golongan tadi yang bergabung bersama kami. Kini tiba saatnya bagi setiap muslim untuk memahami tujuan hidupnya dan menentukan arah perjalanannya. Ia harus bekerja dengan sungguh-sungguh untuk menempuh jalan tersebut agar dapat mencapai tujuannya. Adapun mereka yang lalai dan terus dalam kebingungan, yang suka bersantai-santai, yang hatinya buta dan gampang terbujuk oleh rayuan, maka tidak ada tempat bagi mereka di jalan panjang orang-orang yang beriman.

Tinggal Harapan...

Kurang lebih 6 bulan perjalanan kami menyiapkan KKN ke Misool Raja Ampat. Aku masih ingat, tulisanku di dinding kamar "2014 KKN di Raja Ampat". aku pikir ini suatu hal yang hanya mimpi saja. tapi kemudian, menginjak semester 7 terbentuklah tim ini. Pertemuan pertama kami, dalam rapat-rapat kami yang berbeda dg rapat-rapat tim yang lain. Rapat yang dibuka dengan salam dan do'a, yang terkadang pula diawali dengan lantunan ayat suci Al-Qur'an, bahkan sambil menunggu rapat mulai, kami habiskan waktunya dengan tilawah. Ah..Rindunya aku...

Tahap demi tahap telah kami lewati, meskipun harus keluar uang banyak. tapi ini tidak menggoyahkan keyakinan kami untuk berangkat ke Raja Ampat, bukan untuk rekreasi melihat keindahannya. Tapi untuk mengabdi dan memberdayakan masyarakat disana.

Setelah survey, hati semakin miris dan semakin kuat keyakinan untuk mengabdi disana. Ini berarti perjuangan menuju kesana harus semakin kuat. Yah, pada akhirnya kami termasuk tim yang LOLOS namun TIDAK DI DANAI oleh LPPM. Keputusan ini tidak menyurutkan langkah kami untuk tetap berangkat ke Raja Ampat.

Sampai pada akhirnya kami kembali meminta ridho orangtua untuk keberangkatan kami. dan... akhirnya 3 orang dari tim kami TIDAK DAPAT IZIN dari Orangtua, termasuk saya. Awalnya saya merasa "Oke baiklah, saya harus cari lokasi yang dekat dan mudah di jangkau." tapi setelah menyampaikan kepada teman2, ah..rasanya sakiit sekali...

Sampai saat ini masih ada kerinduan untuk bersama mereka, berjuang bersama, menuju satu impian kami.
Kini...
Tinggal Harapan...

Semoga ukhuwah ini tidak hanya sampai disini..
Aku yakin kalian akan meraih mimpi ini..cita-cita ini...
Aku ingat tujuan kami ke raja ampat adalah DAKWAH..
Semoga istiqomah dan tidak beralih niat yang lain, selain Allah..

Aku tidak tahu bagaimana harus beradaptasi dengan tim yang baru, entah harus berapa lama lagi aku beradaptasi dengan mereka..
Semoga semuanya baik-baik saja..
Dan ini adalah keputusan yang terbaik.. aamiin

Ah..Aku merindukan kalian... ^_^


Tim KKN Misool :
Hannif Andy, Arif Nurhayanto, Irfan ISlami, Ali Seknun, Ari Akbar, Abrory Pram, Indra, Oky, Habib, Andhika, Rachmad, Fahmi, Iftor, Mukharir, wafiq, Syari, Mb Denok, Mb novi, Minuk, Yuni, Latifah, Isna, Sonia, Nisa,

Jumat, 09 Mei 2014

Ukhuwah until Jannah



Aku ingin ke Malaysia…
Kami ingin ke Malaysia…
2014 Kami ke Malaysia, ingin study banding tentang dakwah di Malaysia…
Tapi kami belum punya relasi ikhwah disana…
Nabung..Nabung..
Yang penting ikhtiar duluu…!!!
Begitulah kiranya cita-cita aku dan lingakran cintaku dulu. Tapi tiba-tiba kami teringan akan momentum pemilu 2014, dan sepertinya niat dan cita-cita itu harus di urungkan sejenak. Baiklah…cita-cita untuk ke Malaysia bersama lingkaran cinta mulai kandas J
Kemudian, tanggal 25 Februari 2014, tamu istimewa datang..
Beliau, kak adawiyah binti Azman, kak wiyah begitu dipanggilnya J
Beliau datang dari Malaysia untuk program pertukaran mahasiswa (UTM vs UNY). Banyak kisah yang diceritakannya tentang dakwah di Malaysia, tentang sejarah perjuangan ikhwah di Malaysia.
Banyak kesamaan dan banyak pula perbedaan antara Malaysia dan Indonesia, dan itu membuat aku ingin kembali merancang cita-cita untuk berkunjung ke Malaysia.
Kak, Jogja memang tempat yang nyaman untuk di tinggali. Wajar jika kakak betah dan enggan kembali ke Malaysia. Aku pun sama, pulang ke kota aku tinggal saja aku enggan. Jogja memang tempat yang sangat cocok untuk belajar dan menuntut ilmu.
Mungkin ini adalah cara Allah yang lain, Allah mempertemukan aku dulu dengan ikhwah Malaysia sebelum aku ke Malaysia. Namun pertemuan ini sangat singkat. Sekarang, rasanya sudah rindu dengan kak wiyah. Entah kapan kita bisa bertemu lagi. Aku yakin, suatu saat nanti kita bisa berjumpa lagi. Entah dimana, dan entah kapan.
Yang penting, sekarang kita sama-sama berjuang untuk kemenangan dakwah islam. Aku yakin, Islam akan jaya, Islam akan menang. Semoga ukhuwah ini tetap terjaga sampai Jannah. Semoga kita bisa menikmati kemenangan islam bersama ya kak. Terimakasi telah banyak memberikan ilmu, pengetahuan, semangat, pengalaman di pertemuan yang singkat ini.



Ketika kubaca firman-Nya
“Sungguh tiap mukmin bersaudara”
Aku tahu, ukhuwah tak perlu diperjuangkan. 
Karena ia hanya akibat dari iman.
Aku ingat pertemuan pertama kita ukhty sayang…..
Dalam dua detik, dua detik saja. Aku telah merasa perkenalan. Bahkan kesepakatan.  Itulah ruh-ruh kita yang saling sapa. Berpeluk mesra, dengan iman yang menyala.   Mereka telah mufakat.  Meski belum sebut nama, Dan tangan belum berjabat
Ya, kubaca lagi firman-Nya “ sungguh tiap mukmin bersaudara”
Aku makin tahu, persaudaraan tak perlu diperjuangkan
Karena saat ikatan melemah, saat keakraban kita merapuh. Saat salam terasa menyakitkan, saat kebersamaan serasa siksaan. Saat pemberian bagai bara api, dan saat kebaikan justru melukai. Aku tahu yang rombeng bukan ukhuwah kita. Hanya iman-iman kita yang sedang sakit atau menjerit. Mungkin dua-duanya, mungkin kau saja.  Tentu terlebih sering, imankulah yang compang camping
Kubaca lagi firman persaudaraan itu.   Ukhty sayang…
Dan aku makin tahu. Mengapa di kala lain diancam.  Para kekasih pada hari itu sebagian menjadi musuh sebagian yang lain.
 Kecuali orang-orang yang bertaqwa
Still lingers in my heart and yet, it’s so hard
I  just break down and cry
Remember your eyes
Found a way to melt my heart most of all
I remember your smile



Salam cinta dari Indonesia
Yogyakarta, 8 Maret 2014 @Asrama Rumah TahfidzQu

Ikatan itu..bernama UKHUWAH

Aku mencintai kalian karena Allah...
Aku mencintai Ukhuwah ini karena Allah...
Semoga ukhuwah ini sampai Jannah...

Tolong ingatkan aku ketika aku khilaf..
Tolong ingatkan aku ketika aku menyakiti kalian..
Tolong ingatkan aku ketika aku lupa pada Penciptaku..
Tolong ingatkan aku ketika aku membuat ukhuwah ini rusak..


Pada suatu hari, Rasulullah bersabda pada para sahabatnya : “Seorang lelaki menziarahi saudaranya karena Allah. Lalu Allah mengutus malaikat untuk menanyakan, “Hendak kemana kamu?” Ia menjawab, “Aku hendak mengunjungi saudaraku si Fulan.” Malaikat bertanya. “Karena suatu keperluanmu yang ada padanya?” Ia menjawab, “Tidak.” Malaikat bertanya, “Karena kekerabatan antara dirimu dan dia?” Ia menjawab, “Tidak.” Malaikat bertanya, “Karena nikmat yang telah diberikannya padamu?” Ia menjawab, “Tidak.” Malaikat bertanya, “Lalu karena apa?” Ia menjawab, “Aku mencintainya karena Allah.” Malaikat berkata, “Sesungguhnya Allah telah mengutusku untuk menemuimu dan memberitahukan bahwa Dia mencintaimu karena cintamu padanya, dan Dia telah memastikan surga untukmu.” (HR. Muslim).