Apa yang terbesit difikiran kita saat mendengar kata-kata “ujian”? soal-soal? Kalkulus? Fisika? Ekonomi? Pancasila? Ya, mungkin bagi sebagian mahasiswa ‘ujian’ adalah sesuatu yang menakutkan atau sebuah tantangan. Tapi, bagaimana kita mempersiapkannya? Ya. Belajar. Tapi, bagaimana belajar yang efektif? SKS (Sistem Kebut Semalam) kah? Bukan itu. Tapi, kita harus mempersiapkannya jauh-jauh hari sebelum ujian tiba. Begitupun dengan kita para muslimah. Karena kita suatu saat akan menjadi seorang isteri, kita akan menjadi ummi untuk jundi-jundi kita. Maka dari itu, kita harus mempersiapkannya dari sekarang.
Kebanyakan dari kita yang masih berstatus mahasiswa apalagi mahasiswa yang tergolong junior merasa malu ketika membaca buku-buku tentang nikah, nikah muda, pendidikan anak, buku-buku kehamilan,dll yang berhubungan dengan seperti itu. Dan biasanya, ketika kita membaca buku-buku seperti itu, teman-teman kita khususnya perempuan yang mengatakan bahwa kita sudah ingin segera menikah. Padahal, membaca buku-buku semacam itu sudah seharusnya kita lakukan dari sekarang. Tidak melulu yang kita baca adalah buku tentang dakwah saja atau buku kuliah saja. Kehidupan kita setelah menikah, terutama bagi para wanita adalah seperti sedang menghadapi ujian sesungguhnya. Dimana kita istilahnya sudah ‘dibeli’ oleh suami kita, dan kita harus mengabdi kepada keluarga baru kita. Dimana kita akan memiliki anak yang merupakan amanah dari Allah. Dan dimana seorang ummi adalah madrasah yang pertama bagi anak-anak kita.
“ Seorang Ibu adalah sekolah apabila engkau persiapkan dengan baik berarti engkau telah mempersiapkan generasi yang harum” (Syair Hafizh Ibrahim)
Dari syair tersebut, dapat disimpulkan bahwa kita para muslimah sudah seharusnya mempersiapkan sejak dini, mulai membaca buku-buku pendidikan anak.
Jangan pernah malu untuk belajar. “Belajar sebelum ujian”. Jangan pernah merasa kalau ini hanya harus dilakukan oleh perempuan yang akan menikah. Karena pada dasarnya kita akan mengalami fase tersebut, InsyaAllah. Semoga ketika kita berada di fase tersebut, kita sudah bisa menjadi seorang isteri/ummi yang siap pakai. Bukan baru mulai belajar. Walaupun proses belajar itu sendiri pun akan berlangsung terus-menerus seumur hidup. Mudah-mudahan ketika ada di fase tersebut kita sudah disiapkan untuk menjadi isteri yang baik, menjadi ummi yang siap mendidik.
Ana pernah membayangkan, jika suatu saat tiba2 ada ikhwan yang datang meminang dan kemudian menikah, haaah,,,rasanya ana masih terlalu kecil dan belum banyak ilmu, masih membayangkan bagaimana nanti ketika sudah berkeluarga, apakah bisa membuat rumah seperti surga bagi suami, dll...
Jadi,,sebelum menikah itu perlu dan wajib belajar, melalui ustad/dzah, buku, orantua. karena sungguh, jodoh itu kita tidak tahu kapan ia datang, ia bagaikan durian runtuh yang tiba2 saja bisa datang kpd kita.
Ana pernah membayangkan, jika suatu saat tiba2 ada ikhwan yang datang meminang dan kemudian menikah, haaah,,,rasanya ana masih terlalu kecil dan belum banyak ilmu, masih membayangkan bagaimana nanti ketika sudah berkeluarga, apakah bisa membuat rumah seperti surga bagi suami, dll...
Jadi,,sebelum menikah itu perlu dan wajib belajar, melalui ustad/dzah, buku, orantua. karena sungguh, jodoh itu kita tidak tahu kapan ia datang, ia bagaikan durian runtuh yang tiba2 saja bisa datang kpd kita.
Semangat akhwat-akhwat Shalihah^_^,, Allah telah menitipkan tugas mulia itu pada kita. Kerjakanlah amanah itu dengan sebaik-baiknya.. Karena Kalianlah Sumber percikan cahaya peradaban..
Serang, 31 januari 2011
![]() |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar